Jakarta – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyerukan penguatan kerja sama konkret antara Indonesia dan Belanda di sejumlah sektor strategis, mulai dari hortikultura, air, kemaritiman, hingga proyek hijau berkelanjutan.
Seruan ini disampaikan Anin demikian sapaan akrabnya saat memberikan sambutan pada acara Indonesia-Netherlands Business Forum bertajuk “Indonesia and the Netherlands: Creating Partnerships for a Sustainable Future”, yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Senin (16/06/2025).
Forum ini mempertemukan lebih dari 120 perusahaan Belanda dengan mitra mereka dari Indonesia.
Anin menekankan bahwa hubungan Indonesia dan Belanda memiliki akar historis yang kuat dan telah memberi manfaat timbal balik.
Hal ini tercermin dari posisi Belanda sebagai investor Eropa terbesar di Indonesia dengan kontribusi sekitar 40 persen dari total investasi langsung (FDI) Uni Eropa, serta sebagai mitra dagang terbesar kedua dari kawasan, dengan nilai perdagangan barang mencapai lebih dari 4,3 miliar dolar AS pada tahun 2023. Namun menurut Anin, capaian tersebut baru merupakan langkah awal.
“Agenda kita minggu ini adalah mengubah niat baik menjadi proyek-proyek nyata yang meningkatkan kehidupan masyarakat, memperkuat perekonomian kita, dan menjaga bumi kita,” ujar Anin.
Anin juga menyambut positif kemajuan perundingan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa, yang diharapkan mampu menyelaraskan tarif ekspor dan membuka peluang investasi di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, semikonduktor, dan mineral kritis.
“Kita akan menghapus tarif untuk sekitar 80% ekspor Indonesia, mulai dari minyak sawit, kakao, kopi, tekstil, produk makanan, hingga hasil laut dan membuka investasi lebih dalam di sektor energi terbarukan, semikonduktor, serta mineral kritis,” kata Anin.
Anin juga menyerukan peran aktif dunia usaha Belanda dalam membangun sistem sertifikasi logistik, yang memungkinkan produk Indonesia memenuhi standar keberlanjutan dan bebas deforestasi di pasar Eropa.
“Mari kita gabungkan keahlian Belanda dalam pergudangan dan rantai pasok dengan skala Indonesia untuk merebut pangsa pasar secara cepat,” seru Anin.
Sebagai bentuk konkret kata Anin, Kadin akan membentuk matchmaking desk untuk menjembatani investor Belanda dengan berbagai kementerian teknis, seperti Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Kementerian Kesehatan.
Kadin lanjut Anin, juga siap mempercepat proses perizinan di tingkat lokal serta mengidentifikasi proyek-proyek hijau yang siap dijalankan, mulai dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), agri-hub, hingga proyek uji coba ketahanan wilayah pesisir.
“Kadin siap membentuk meja layanan pencocokan (matchmaking desk) khusus untuk menjembatani investor Belanda dengan pemilik proyek di Bapanas, Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan, dan lainnya,” ungkap Anin.
Lebih lanjut, Anin menyoroti proyek ambisius Presiden Prabowo Subianto senilai 80 miliar dolar AS untuk membangun tanggul laut (giant seawall) sepanjang 700 kilometer di pesisir utara Pulau Jawa.
“Ini lebih dari sekadar pertahanan terhadap banjir dan subsidi lahan. Ini adalah undangan untuk menciptakan koridor dunia Indonesia berikutnya. Kita tahu Belanda adalah pemimpin global dalam pembangunan tanggul, pembangkit listrik delta, serta pembiayaan infrastruktur melalui kemitraan publik-swasta selama lebih dari setengah milenium. Saya yakin, kerja sama dalam proyek ini, yang juga telah dibahas di level G2G, bisa menjadi tonggak sejarah yang besar,” ujar Anin.
Sementara itu, Wakil Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri Kerajaan Belanda, Michiel Sweers, menegaskan komitmen negaranya untuk mendukung ambisi ekonomi Indonesia.
“Kita (Indonesia-Belanda) adalah dua negara maritim yang percaya pada perdagangan, kerja sama internasional, dan hasil nyata. Sektor-sektor ini juga menjadi inti dari ambisi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam empat tahun dan menjadi ekonomi terbesar kelima dunia pada 2045,” kata Sweers.
Ia juga menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Indonesia bergabung dengan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), serta menawarkan bantuan teknis agar proses aksesi berjalan lancar.
“Keanggotaan OECD akan membuat iklim bisnis Indonesia semakin stabil dan menarik, yang berarti semakin banyak peluang perdagangan dan investasi di antara kita,” imbuhnya.
Sementara itu, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen, turut menyambut baik kehadiran Ketua Umum Kadin Indonesia dalam forum ini. Ia menilai kehadiran Anin mencerminkan kesiapan dunia usaha Indonesia untuk bermitra erat dengan Belanda.
“Kami sangat tersanjung dengan kehadiran Pak Anin Bakrie. Ini menunjukkan bahwa perusahaan Indonesia siap bekerja sama dengan perusahaan Belanda. Inilah misi kami-yakni mempertemukan 120 perusahaan untuk bekerja sama, saling mengenal, dan berinvestasi demi masa depan Indonesia dan masa depan Belanda,” tandas Gerritsen.
Sebagai informasi, dalam Indonesia-Netherlands Business Forum ini juga ditandatangani 23 nota kesepahaman, kontrak, dan bentuk perjanjian lainnya dengan nilai total lebih dari 800 juta euro.
Kesepakatan tersebut mencakup kerja sama antara pemerintah, antara dunia usaha dengan pemerintah, serta antar pelaku bisnis. Di antaranya:
1. Letter of Intent (LoI) untuk pengembangan proyek perlindungan pantai di Cirebon dan Demak antara Kementerian PUPR dan Invest International;
2. LoI untuk persiapan dan pelaksanaan proyek pengolahan air; dan
3. Memorandum of Understanding (MoU) tri-partai antara PT Frisian Flag Indonesia, Invest International, dan DFCD/SNV.
Selama sepekan, delegasi Belanda dijadwalkan mengikuti berbagai forum bisnis, sesi matchmaking dengan mitra Indonesia, serta kunjungan lapangan ke lokasi proyek perlindungan pantai di Jakarta dan Jawa Tengah, pelabuhan di Jakarta dan Semarang, serta sistem pangan berkelanjutan di Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Indonesia-Netherlands Business Forum ini juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur & Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (Sekjen PBB) untuk Isu Air Dunia, Retno Marsudi, serta Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Luar Negeri Kadin Indonesia Bernardino M. Vega.