Jakarta – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia-Jerman (EKONID) di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, pada Rabu (04/06/2025).
MoU tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie dan Executive Director EKONID Jan Roennfeld, serta disaksikan langsung oleh President of the German Chamber of Industry and Commerce (DIHK) Peter Adrian dan Chairman EKONID Prijono Sugiarto.
Anindya Novyan Bakrie atau Anin sapaan akrabya menyoroti panjangnya sejarah kerja sama antara Indonesia dan Jerman yang sudah berlangsung selama 100 tahun.
“Yang 100 tahun itu bekerjasama dengan EKONID. Jadi bagi saya itu menandakan bahwa hubungannya sudah sangat baik dilakukan selama itu. Dan itu sangat penting karena hanya beberapa negara yang segitu lama dan melalui naik nurunnya bangsa Indonesia,” ujar Anin.
Anin juga menyoroti besarnya potensi perdagangan antara kedua negara, dengan nilai yang kini mencapai 7 miliar dolar AS.
“Ini baru awal. Jerman itu kan negara terbesar di EU (Uni Eropa). Kita mau tanda tangan EU-CEPA atau Indonesia Free Trade Agreement bersama EU. Jadi potensinya sangat besar,” jelas Anin.
Anin juga menyebutkan bahwa Indonesia saat ini mengekspor kelapa sawit, elektronik, dan alas kaki ke Jerman, sementara Indonesia mengimpor mesin dari negara tersebut.
Lebih lanjut, Anin menekankan pentingnya kerja sama dalam bidang energi terbarukan, seiring dengan rencana Indonesia untuk menghasilkan 103 gigawatt listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), di mana 79 persennya berasal dari energi hijau.
“Jadi masuk akal kalau Jerman dijadikan mitra, karena negara besar itu punya teknologi dan pembiayaan. Negara lain kadang-kadang harus milih salah satu,” tutur Anin.
Bidang pengembangan keterampilan (skills development) juga menjadi salah satu fokus kerja sama.
Menurut Anin, kerja sama pelatihan vokasional sudah berjalan melalui EKONID dan perusahaan seperti Astra.
“Kita melihat banyak sekali permintaan tenaga kerja seperti perawat, termasuk dari Eropa dan Jerman. Ini bisa menjadi peluang untuk menambah lapangan kerja di dalam negeri,” kata Anin.
Sementara itu, President DIHK Peter Adrian menekankan bahwa kemitraan ekonomi antara Jerman dan Indonesia lebih dari sekadar perdagangan.
“Jerman adalah ekonomi terbesar di Uni Eropa dan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Indonesia adalah nomor satu di Asia. Bersama-sama, kita membentuk perdagangan regional,” ujarnya.
Peter menyoroti pentingnya kerja sama di bidang pendidikan, inovasi, dan pelatihan tenaga kerja.
Ia melihat peluang besar untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman dengan memanfaatkan tenaga muda Indonesia yang ambisius.
“Ini bukan kehilangan sumber daya manusia, ini adalah keuntungan sumber daya manusia,” kata Peter.
Lebih lanjut, Peter menyampaikan dukungannya terhadap percepatan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa.
“FTA (Free Trade Agreement) bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang keberlanjutan, pembangunan, kemitraan baru, dan posisi yang lebih kuat dalam ekonomi global,” tegasnya.
Lebih lanjut, Executive Director EKONID Jan Roennfeld menyampaikan bahwa momentum ini juga menandai perayaan 100 tahun berdirinya EKONID.
“Hari ini kita merayakan sebuah momen yang sangat istimewa. Kita merayakan seratus tahun berdirinya organisasi kita di sini,” ungkap Roennfeld.
Sementara itu, Chairman EKONID Prijono Sugiarto menyatakan bahwa kerja sama industri antara Jerman dan Indonesia dapat terus ditingkatkan.
“Indonesia itu ingin menuju Indonesia Emas tahun 2045. Untuk menuju ke sana itu ada tahapan yang harus dilalui dulu. Dan tahapan it…