Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong lebih banyak investor yang masuk ke Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Ketua Komite Tetap Energi Terbarukan Kadin Indonesia, Jaya Wahono menyebut terbatasnya lapangan kerja menjadi penyebab utama kemiskinan di NTT.
“Perlu diketahui masalah kemiskinan terutama di daerah-daerah tertinggal seperti di NTT ini akar utamanya adalah lapangan kerja,” ungkapnya usai kegiatan Impact Investment Day (IID) yang diselenggarakan Kadin dan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) di Labuan Bajo, pada 7-8 September 2024.
Karena terbatasnya lapangan pekerjaan, lanjut Jaya, banyak warga NTT yang memilih bekerja di luar daerah bahkan luar negeri. Oleh karena itu, Kadin mendorong agar NTT menjadi tujuan investasi, sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal.
“Kami ingin mendorong NTT ini menjadi tujuan investasi dan masyarakat yang sudah melakukan bisnis di lingkungannya atau usaha di lingkungannya mau tinggal di NTT dan mempekerjakan saudara-saudaranya dan tetangganya dan juga masyarakat lokal sehingga tidak perlu lagi masyarakat NTT mencari pekerjaan di Jawa,” jelasnya.
Ia meminta pemerintah daerah setempat untuk bekerjasama dengan Kadin membuka peluang investasi di NTT. Kadin, kata dia, siap mempromosikan peluang usaha dan bisnis di daerah tersebut untuk menarik investor.
“Kami imbau agar pemda juga berinteraksi dengan Kadin daerah secara intensif, tidak berhenti di acara-acara besar tapi juga selalu melakukan komunikasi yang aktif baik itu peluang investasi, peluang perdagangan maupun hal-hal lain,” kata dia.
Jaya juga mencatat bahwa terdapat peningkatan minat investor asing untuk berinvestasi di sektor yang berdampak sosial dan ramah lingkungan. Dia menjelaskan bahwa masalah perubahan iklim mempengaruhi keputusan investasi, dan menunjukkan perlunya mencari peluang di investasi yang lebih berkelanjutan.
“Investasi masif harus dipikirkan tidak hanya dari sisi infrastruktur, tapi juga dari dampaknya terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Investor kini lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan yang berkomitmen untuk pertumbuhan kolaboratif,” tambah Jaya.
IID 2024 dilaksanakan untuk mendorong ekonomi yang lebih berkelanjutan. Acara ini menjadikan kesempatan bagi berbagai penggerak dampak, termasuk perusahaan sosial dan organisasi untuk berkolaborasi dengan pendukung dampak, seperti investor dan filantropi.
Tema IID kali ini adalah “Championing Sustainable and Restorative Initiatives in Indonesia”. Jaya berharap melalui acara ini, dapat memberikan semangat bagi impact driver atau socialpreneur untuk menyetujui terus perbaikan lingkungan di tempat mereka, sehingga bisnis yang dikelola dapat bertahan dan dicontoh oleh daerah lainnya di Indonesia.