KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry

Kadin Indonesia Institute Bahas Strategi Implementasi IEU-CEPA dan Perdagangan Indonesia-AS, Minta Dunia Usaha Siap

Jakarta – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Institute menggelar acara Sosialisasi dan Persiapan Perjanjian Politik IEU-CEPA dan Kerangka Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat (AS) bertajuk Mengupas dan Mengimplementasikan Jalur Perdagangan Bilateral: Indonesia-UE dan Indonesia-AS yang berlangsung di Menara Kadin Indonesia, Jakarta Selatan pada Senin (04/08/2025).

Kegiatan ini bertujuan untuk menyosialisasikan dan mempersiapkan implementasi Perjanjian Politik Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) serta kerangka perdagangan antara Indonesia dan AS.

Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut antara lain Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia James T. Riady, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Perjanjian Luar Negeri Kadin Indonesia Pahala Mansury, Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno, dan Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI Djatmiko Bris Witjaksono.

Dalam sambutannya, James T. Riady menekankan bahwa perjanjian dagang dengan Uni Eropa menandai babak baru hubungan ekonomi Indonesia dengan kawasan tersebut.

“Dengan Uni Eropa, kita memasuki era baru melalui perjanjian Indonesia-CEPA ini. Sebuah jembatan yang akan menghubungkan inovasi, sumber daya, dan keterampilan Indonesia dengan pasar Eropa yang luas,” ungkap James.

James menambahkan bahwa berbagai produk unggulan Indonesia seperti minyak sawit, kayu, tekstil, elektronik, dan industri kreatif akan lebih mudah menembus pasar Eropa berkat pengurangan hambatan tarif.

Kerja sama dengan AS melalui perjanjian perlindungan timbal balik, lanjut James, dinilai penting untuk menjamin ekspor dan membuka peluang di sektor teknologi canggih, mineral kritis, dan industri kreatif.

“Perjanjian perdagangan bukan hanya soal tarif atau angka di atas kertas. Perjanjian ini adalah mimpi yang menjadi peluang nyata. Marilah kita membawa visi bersama menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan berkelanjutan dunia,” tutur James.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Perjanjian Luar Negeri Kadin Indonesia Pahala Mansury memaparkan bahwa hampir 99% dari komoditas ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan mendapatkan perlakuan preferensial dalam kerangka IEU-CEPA, dengan potensi tarif turun hingga 0%.

“Perjanjian ini harus benar-benar bisa dioptimalkan, apalagi sektor-sektor padat karya bisa terdorong ekspornya ke negara-negara anggota EU,” kata Pahala.

Pahala juga menyoroti kemajuan dalam negosiasi dengan AS yang telah menghasilkan tarif resiprokal yang lebih rendah untuk produk Indonesia, turun dari 32% menjadi 19%.

“Ini sebuah keuntungan besar bagi Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan negara seperti Vietnam, Kamboja, atau Bangladesh,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Kadin Indonesia Institute Mulya Amri menegaskan bahwa sektor usaha menyambut positif terbukanya berbagai kesempatan perdagangan internasional yang difasilitasi oleh pemerintah. Menurutnya, langkah ini merupakan peluang strategis untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Kita sangat senang sekali dengan kesempatan yang telah diberikan. Tentunya kita perlu meng-encourage, memberikan semangat kepada dunia usaha Indonesia untuk memanfaatkan kesempatan ini. Sehingga ketika pintunya betul-betul sudah terbuka dengan EU dan juga dengan Amerika (Serikat) nanti dengan detail perjanjian yang lebih jelas, kita sudah siap untuk melakukan perdagangan untuk mengangkat ekonomi Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak,” ujar Mulya.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menggarisbawahi pentingnya diversifikasi mitra dagang. Selain Eropa dan AS, Indonesia harus mulai serius mengembangkan jejak ekonomi di kawasan lain seperti Afrika dan Amerika Latin.

“Afrika Utara punya potensi untuk industri pupuk, Afrika Timur butuh obat dan vaksin dari kita, dan Afrika Barat serta Selatan juga punya permintaan tinggi terhadap produk Indonesia. Populasi mereka lebih dari satu miliar, ini pasar yang sangat besar,” katanya.

Ia menambahkan bahwa footprint Indonesia di Amerika Latin masih kecil dan perlu diperkuat sebagai bagian dari strategi perluasan pasar global.

Lebih lanjut, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI, Djatmiko Bris Witjaksono, menekankan bahwa perjanjian dengan Uni Eropa menuntut kesiapan tinggi karena standar mereka jauh lebih kompleks.

“Uni Eropa sudah punya generasi perjanjian dagang yang jauh lebih maju dibanding Indonesia. Kalau kita baru masuk generasi keempat, mereka sudah sampai generasi ketujuh atau kedelapan,” jelas Djatmiko.

Sebagai informasi, Penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) dijadwalkan pada bulan September 2025. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan exchange letter pada 13 Juli 2025 di Brussel, Belgia.

Mendukung Visi Besar Presiden, Kadin Menjalani Retret untuk Memperkuat Semangat Indonesia Inc
Anindya Bakrie Ungkap Solo Raya Great Sale Catat Nilai Transaksi Hampir Rp10,7 Triliun Hanya Dalam Satu Bulan
Kadin Indonesia Institute Bahas Strategi Implementasi IEU-CEPA dan Perdagangan Indonesia-AS, Minta Dunia Usaha Siap

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry