Kadin Indonesia Bidang Komunikasi dan Informatika menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai dampak dan manfaat kehadiran Starlink terhadap industri telekomunikasi dan sektor industri lain di Indonesia, pada Kamis (6/6/2024).
FGD ini juga bertujuan untuk mencari solusi dan merumuskan kebijakan yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak dengan tetap mendukung kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi daerah terluar dengan tetap melindungi industri telekomunikasi lokal.
Transformasi digital telah menjadi prioritas pemerintah Indonesia sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dalam era digital ini, internet berkecepatan tinggi menjadi tulang punggung dari transformasi digital tersebut. Namun, keterbatasan infrastruktur telekomunikasi yang ada saat ini, terutama di daerah terpencil, menjadi hambatan besar untuk mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan data Penetrasi internet di daerah pedesaan sangat rendah, hanya sebesar 1,1% pada tahun 2022, menunjukkan adanya kesenjangan akses yang signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, Hanya sekitar 12% dari penduduk Indonesia yang memiliki akses ke internet berbasis broadband tetap, sementara mayoritas masih mengandalkan jaringan seluler, yang seringkali lebih mahal dan kurang dapat diandalkan.
Kehadiran Starlink, layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk melalui perusahaan SpaceX, menawarkan solusi inovatif untuk mengisi kekosongan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Starlink menggunakan teknologi satelit Low Earth Orbit (LEO) yang dapat memberikan cakupan internet yang luas dan konsisten dengan kecepatan tinggi. Pada pertengahan Mei 2024, Starlink dipastikan akan meluncur dan telah mendapatkan kesepakatan serta lisensi untuk beroperasi di Indonesia.
Meskipun demikian, industri penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia telah berkembang pesat, dengan jumlah perusahaan ISP yang tercatat mencapai 1.046 perusahaan resmi. Kehadiran Starlink menimbulkan berbagai kekhawatiran di kalangan penyedia layanan lokal, terutama mengenai potensi disrupsi pasar dan regulasi yang ada. Keterlibatan ISP lokal dalam bentuk kerjasama dengan Starlink diharapkan dapat memberikan solusi yang win-win, di mana ISP lokal dapat memanfaatkan teknologi Starlink untuk memperluas jangkauan layanan mereka, sementara Starlink dapat memenuhi kewajiban regulasi lokal.
Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada akhir tahun 2022, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7% dari total populasi, dengan jumlah pengguna internet sekitar 205 juta orang. Namun, masih terdapat kesenjangan akses internet antara daerah perkotaan dan pedesaan, yang menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi.