Kadin Indonesia Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana melalui program Komunitas Perkotaan untuk Aksi Tangguh (KUAT) oleh United States Agency for International Development (USAID BHA) bekerja sama menyelenggarakan lokakarya “Peningkatan Peran Perempuan UMKM dalam Pengurangan Risiko Bencana” pada 19-20 Juni 2024 di Hotel Neo+ Green Savana, Bogor.
Tujuan utama dari lokakarya ini adalah:
a) Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan peserta tentang bagaimana merespons bencana, terutama di lingkungan usaha dan tempat tinggalnya.
b) Memberikan pengetahuan kepada peserta tentang analisis bencana dan bagaimana merencanakan keberlanjutan UMKM pascabencana.
c) Mendukung terbangunnya komunitas inklusif yang berkelanjutan dan tangguh terhadap bencana.
Perempuan masih sangat rentan dalam menghadapi bencana. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan bahwa Perempuan dan anak-anak 14 (empat belas) kali lebih rentan saat bencana dibanding laki-laki (Peterson, 2007). Temuan IUCN ini dijadikan rujukan oleh beberapa Lembaga PBB, termasuk United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR) dan UN Women, yang menunjukkan bahwa bencana mengakibatkan dampak buruk secara tidak proporsional dan lebih memberatkan bagi perempuan dan anak-anak.
Disebutkan dalam temuan tersebut bahwa gizi merupakan salah satu aspek yang menentukan kapasitas individu dalam menghadapi bencana, dimana perempuan memiliki kecenderungan kekurangan gizi karena kebutuhan khusus saat hamil atau menyusui, disamping anak-anak yang juga membutuhkan gizi lebih banyak dalam masa pertumbuhan.
Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) menyatakan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat rentan terhadap dampak bencana, yang dapat menyebabkan gangguan signifikan terhadap operasional mereka, sehingga mengakibatkan hilangnya pendapatan, rusaknya aset, dan dalam beberapa kasus, bahkan ditutup secara permanen. Bank Dunia juga memaparkan data yang menunjukkan bahwa UMKM kurang mampu menanggung biaya perubahan iklim dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal-hal tersebut menambah beban kerentanan perempuan sebagai pelaku UMKM dalam menghadapi bencana.
Kurangnya perhatian terhadap UMKM sebagai penyintas bencana menjadi salah satu penyebab lamanya pemulihan ekonomi di daerah terdampak bencana. Dengan kondisi rentannya perempuan terhadap dampak bencana serta kurangnya perhatian pada UMKM penyitas bencana, maka perempuan pengelola UMKM termasuk kelompok yang sangat rentan terhadap dampak bencana. Kerentanan perempuan pelaku UMKM terhadap bencana membutuhkan tindakan dan strategi yang efektif untuk menyelamatkan keberlangsungan dan meningkatkan kualitas hidup perempuan. Pengetahuan, kapasitas, dan keterampilan perempuan dalam menghadapi bencana harus diperhatikan dan ditingkatkan.
Pemberdayaan perempuan pelaku UMKM juga harus dilakukan melalui berbagai kegiatan peningkatan kapasitas dan layanan pendukung. Mengedukasi perempuan pelaku UMKM mengenai pengurangan risiko bencana akan memberi kontribusi besar dalam membangun komunitas yang tangguh bencana. Karena secara budaya, perempuan adalah pendidik di keluarga dan pengelola rumah tangga. Terlebih lagi, mengedukasi perempuan pengusaha yang aktif dalam organisasi kemasyarakatan, maka trickle-down effect yang terjadi akan lebih besar, seperti mendidik satu generasi.