Logo Kadin Indonesia

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry

Rorokenes, Produsen Tas Ramah Lingkungan Menganyam Cuan Lokal dan Luar Negeri

Siapa sangka Rorokenes, produsen tas anyam dari Semarang bisa menjadi pelaku ekspor karena kualitas yang apik dan kompetitif.

Founder Rorokenes, Syahnaz Nadya Winanto menuturkan bahwa dirinya memiliki ketertarikan yang sangat tinggi di dunia tas. Suatu saat, dirinya melihat tas buatan Italia yang cukup mahal, kemudian ayahnya menantang dirinya “Beli gampang, bikin susah,” ujar ayahnya. Hal ini menggelitik dirinya untuk membuat produk yang dapat bersaing, menguasai pasar domestik dan juga dapat teruji di pasar internasional. Dari sinillah Rorokenes berawal.

Rorokenes berasal dari bahasa Jawa. Roro berarti putri, sementara kenes berarti lincah, cerdas, tanggap, kuat, kehalusan budi pekerti dan kearifan sosial.

“Rorokenes adalah sebuah muatan lokal. Kami berusaha untuk melakukan preservation terhadap budaya Indonesia, yaitu teknik menganyam. Karena anyaman sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia semenjak ratusan tahun lalu, sekarang kami aplikasikan kepada bentuk anyaman kulit dan juga anyaman di kain tenun,” terang Syahnaz.

Produk Rorokenes dikembangkan dari beberapa jenis anyaman yang erat sekali dengan sentuhan lokal, diantaranya adalah anyaman gedek, terinspirasi dari dinding bambu di pedesaan. Kemudian ada liris ayu, terinspirasi dari keranjang yang kemudian diaplikasikan ke media kulit, selanjutnya dibuat pola, dibentuk dan dimodifikasi sehingga menjadi sebuah tas yang chick, simpel dan elegan.

Syahnaz mengatakan, tantangan yang dihadapi saat ini adalah berusaha meyakinkan pasar domestik bahwa produk Indonesia tidak kalah dengan produk luar. “Seyogyanya brand lokal bisa menjadi raja di pasar domestik karena kualitas tidak kalah dan dikerjakan dari hulu sampai hilir oleh Indonesia”.

Produk-produk Rorokenes, lanjut Syahnaz, sudah terdistribusi di seluruh Indonesia. “Kami sudah punya store resmi di Sarinah, Thamrin,” kata dia.

Tak hanya di pasar lokal, Rorokenes juga mengrimkan produk ke Singapura, Malaysia, Hongkong dan Taiwan. “Untuk off label atau white label biasanya bekerja sama dengan beberapa buyer dari Jepang, kemudian pengiriman parsial juga sudah sampai ke London,” ungkap Syahnaz.

Dia pun bertutur mengenai pengalamannya yang cukup menarik, ketika mengikuti sebuah pameran di Rusia sebagai delegasi resmi. Ketika akan keluar dari bea cukai (custom) di sana, barang-barang Rorokens ditahan, sempat dinyatakan melakukan sebuah pelanggaran, ditahan selama 5 jam, kemudian sampai harus berurusan dengan pengadilan.

“Mereka menanyakan ini produk siapa? siapa yg membuat dan apakah harga yang tercantum di packing list sudah sesuai dengan hasil kurasi mereka?. mereka menganggap harganya terlalu murah, seharusnya harganya lebih mahal lagi,” tuturnya.

Ia pun bercerita, ketika pandemi Covid, Rorokenes mengalami penurunan omset sebesar 20 persen, namun ternyata cakupan pasar menjadi membesar, karena bisa membuka pasar ke beberapa negara tujuan ekspor dan melakukan penertrasi ke Taiwan. “Pegawai tetap 100 persen tidak ada yang dirumahkan, bahkan bertambah”.

Hingga saat ini, Rorokenes sudah berdiri selama 8 tahun. Rorokenes menerapkan konsep pelestarian budaya Indonesia dan keberlanjutan (sustainability) dalam strategi pengembangan usahanya.

Dia mengatakan, limbah produksi kurang dari 5 persen karena Rorokenes menerapkan pengolahan limbah yang baik dan benar. Selain itu, Rorokenes juga menerapkan konsep pengembangan dan awareness atas kesetaraan gender di lingkup usahanya. Dengan menerapkan konsep keberlanjutan dan sosialpreneur, di tahun 2022 Rorokenes berhasil mendapatkan penghargaan Tempo Circular Economy Award, dan pencapaian lain yang cukup membanggakan adalah menjadi official merchandise di ajang G20.

Sebagai pelaku usaha, Syahnaz merasakan manfaat dan pentingnya berorganisasi. “Pengusaha wajib masuk ke asosiasi dan masuk keanggotaan Kadin karena bisa memperkuat kinerja usahanya dan menambah networking. Masuk Kadin itu bukan sebuah alternatif, tapi wajib dilakukan,” kata Syahnaz yang bergabung dengan Kadin sejak tahun 2014.

Dia mengatakan, setelah masuk Kadin, banyak informasi penting yang didapatkan. Dia pun dapat berdiskusi dengan sesama pengusaha membahas mengenai trend-trend ke depan, analisa keuangan, hingga analisa ekonomi yang sangat penting bagi kelangsungan usaha.

“Saran saya untuk menjadi pengusaha, just do it, lakukan saja. Kedua, dilakukan dengan belajar, ketiga jangan lupa dengan networkingnya dan keempat, tetap cinta Indonesia dengan mengembangkan konten lokal,” kata Syahnaz.

Menurutnya, menjadi seorang pengusaha itu keren karena bisa menyentuh banyak orang dan mengangkat hidup orang lebih baik lagi. “Kalau bukan kita selaku salah satu bangsa Indonesia sendiri, lalu siapa lagi yang akan melakukan. Menjadi pengusaha selain kita bisa menjawab tantangan masa depan, juga bisa menolong bangsa kalian sendiri di dalam perjalanannya,” pungkasnya.

 

==Cerita Usaha Anak Negeri (CUAN)==

Kadin: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Harus Segera Diantisipasi
Libur Lebaran Tak Mengganggu Produktivitas Perusahaan
Silaturahim dengan Menko Perekonomian, Ketum Kadin Bahas Tantangan Ekonomi

KADIN INDONESIA

Indonesian Chamber of Commerce and Industry